Navigation Menu

Kawah Ijen Wisata Langka di Dunia


Apa yang pertama kali kalian fikirkan ketika mendengar kata Kawah Ijen pasti fenomena Blue firenya kan. Betul sekali Blue fire merupakan fenomena alam yang tidak banyak terjadi di dunia. Hanya ada dua satu di Indonesia tanah air tercinta dan satu lagi terdapat di Islandia Eropa. Kita sebagai warga negara berflower amat sangat beruntung karna dapat menyaksikan fenomena tersebut tanpa harus mengeluarkan budget yang fantastis.

Blue fire ini berada di dasar kawah gunung Ijen yang terletak di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Waktu terbaik untuk berkunjung adalah pada saat musim kemarau karna si api biru akan tampak lebih besar di bandingkan musim penghujan. 

Perjalanan menuju Blue fire tidaklah mudah, kita harus melewati jalan menanjak layaknya naik gunung pada umumnya. Olehkarna itu sebelum memutuskan untuk pergi ke Kawah Ijen ada baiknya mempersiapkan diri secara matang. Selain butuh fisik dan stamina yang kuat kita pun perlu mempersiapkan barang apa saja yang perlu dibawa naik keatas. 

Pendakian bermula dari Paltuding, yang di buka pada pukul 01.00 dini hari. Perjalanan menuju puncak Kawah Ijen sekiar 3 Kilometer atau setara 2-3 jam tergantung kondisi fisik masing-maing. 

Dalam perjalanan tidak ada cahaya sedikit pun oleh karnanya kita memerlukan senter atau headlamp untuk membantu penglihatan selama mendaki, dan juga masker karna asap belerang yang sangat pekat sehingga menyulitkan kita untuk bernafas. 

Setelah sampai puncak Kawah Ijen, kita masih harus berjalan sekitar 1 jam menuju si api biru dengan medan yang sangat terjal. Disini kita harus sangat hati-hati terutama di musim penghujan karna akan sangat licin. 

Ketika mengunjungi Kawah Ijen sangat di anjurkan menggunakan Guide lokal karna medan pendakian yang cukup sulit dan melelahkan juga berbahaya. Namun segala keletihan yang kita rasakan seketika menguap tatkala kita melihat penampakan si api biru yang begitu mempesona. 

Blue fire dapat disaksikan sekitar pukul 03.00-04.00 pagi tidak kurang dari 1 jam, setelah itu ia akan perlahan menghilang. Faktor cuaca sangat mempengaruhi kemunculan si Blue fire ini. Bagi kalian yang ingin berkunjung harus sangat memperhatikan waktu dan cuaca, tidak maukan ketika sudah capek-capek nanjak ke kawah ijen tanpa bisa melihat si Blue fire.



Selain fenomena Blue fire pemandangan disekitar Kawah pun tidak dapat kita lewatkan. Kita dapat berfoto dengan pemandangan kawah yang begitu indah, dan sekedar mengobrol dengan para petani belerang yang luar biasa. 

Hari semakin siang angin yang berhembus kian kencang saya pun memutuskan untuk turun gunung dan ingin segera menikmati indomie telor dengan di temani teh panas.

Begitulah perjalan saya mendaki Kawah Ijen dengan segenap tekad untuk mencapai Blue fire. Tuhan memang menciptakan Dunia dengan sangat sempurna dan indah. Kita hanya bisa menjaganya tanpa bisa membuatnya, tetap jaga alam kita agar kita tetap bisa menikmatinya terus menerus. Sa lam Liburan Maniak

0 CHATTING:

Puasnya ngegalau di Gili Labak, Madura


16 Mei 2019 tepatnya minggu kedua di bulan Ramadhan, kami memutuskan menyepi sejenak dari ibu kota. Saat hati sedang gundah, berlibur kepulau bisa menjadi sebuah pilihan. Saat itu saya merasa butuh tempat yang sunyi untuk menenangkan hati, butuh pergi jauh untuk menyegarkan diri. Kebetulan salah satu teman saya mengajak pergi ke Madura tepatnya Gili Labak. Saya tidak ambil pusing tujuannya kemana yang terpenting bisa pergi. 

Kamis Dini hari kami memulai perjalanan dari Jakarta menuju Madura dengan diiringi lagu-lagu melow dari band Indie tanah air, menambah kegalauan dihati. Menyusuri tanah jawa dari kota ke kota. Sabtu pagi kami baru tiba di Madura, bukan hanya karna terjebak macet di tol Cikampek, tapi karna kami pun sempat singgah di beberapa kota untuk sekedar melepas lelah juga menikmati sahur dan buka puasa di kota yang berbeda dengan perbedaan waktu yang lumayan signifikan.

Sesampainya kami di Madura kami langsung mencari travel lokal yang menyediakan jasa tour ke Gili Labak. Kami mencari informai dari Instagram, dengan teknologi yang super canggih seperti sekarang ini mencari informasi bukanlah hal sulit. Akhirnya kami menjatuhkan pilihan kesalah satu travel agen yang saya lupa namanya hehhehe. 

Pada awalnya kami sempat mengalami kendala dikarnakan tidak adanya kapal yang mau mengantar kami ke pulau. Saya sudah berfikir negatif bahwa kami gagal menikmati indahnya Gili Labak, setelah negosiasi akhirnya ada nahkoda yang mau mengantarkan kami, namanya pak Acang.

Perjalanan dari dermaga menuju ke Gili Labak kurang lebih sekitar 2-3 jam, dengan ombak yang cukup tinggi dan menakutkan. Teman-teman saya sudah tertidur pulas di atas perahu yang membawa kami, tidak lama setelah kapal mulai berlayar. Awalnya saya masih menikmati indahnya pemandangan sekitar, namun akhirnya saya pun memutuskan untuk bergabung ke alam mimpi bersama mereka karna kepala sudah merasa pusing.

Ketika pulau Gili Labak sudah mulai terlihat, pak Acang membangunkan kami dari mimpi indah bersama doi ;) hehehhe. kami serentak bangun dan Masyallah begitu indahnya pemandangan didepan kami. Pulau kecil dengan hamparan pasir putih yang bersih membentang sejauh mata memandang, pesisir pantai yang airnya sangat jernih kalo tidak ingat sedang berpuasa mungkin kami sudah berenang-renang cantik namun kami harus melebur segala keinginan untuk berenang dan snorkling.

Tiba di Gili Labak kami di perkenalkan oleh salah seorang penduduk asli oleh pak Acang yang masih merupakan kerabat beliau. setelah itu beliau pulang kerumahnya di seberang dan kembali esok pagi untuk menjemput kami pulang. 

Hari semakin sore saatnya berburu sunseat, tapi sebelumnya kami sudah memesan makanan untuk berbuka puasa. Sambil menunggu adzan berkumandang kami pergi ke dermaga untuk berfoto bersama. 

Tak terasa waktu berbuka pun tiba kami menikmati es campur yang di sediakan, dengan sirup yang memiliki rasa yang cukup unik bagi lidah saya. Setelah es campur di gelas telah kandas saatnya makan. Menu buka puasa kami dengan ikan bakar dan kepiting yang dimasak dengan bumbu khas Madura. Sangat pas rasanya menikmati ikan bakar dan seafood di pulau. 



Saat malam kami mulai mendirikan tenda untuk beristirahat, kami memang berniat untuk tidur di tenda sejak awal. Bagi kalian yang tidak ingin tidur di tenda di pulau ini pun menyediakan homestay-homestay di sekitar pulau yang nyaman. 

Waktu itu pulau ini sangat sepi hanya kami wisatawan yang berkunjung, mungkin karna bulan puasa dan tidak ada orang segila kami yang liburan ke pulau di bulan puasa, sehingga kami bisa lebih leluasa menikmati indahnya Gili Labak seperti pulau milik kami pribadi.

Malam hari kami habiskan untuk bercerita, tertawa dan bersendagurai sambil menikmati bintang di langit. Entah sudah berapa gelas kopi dan indomie yang kami habiskan untuk menemani cerita malam kami sampai akhirnya satu persatu dari kami masuk tenda untuk beristirahat.

Jam 02.00 dini hari kami di bagunkan untuk santap sahur oleh bapak pemilik warung, luar biasa baiknya beliau. Sepanjang malam beliau pun berjaga di sekitar tenda kami dan sesekali berkeliling untu mengecek sekitar. Setelah sahur kami kembali terlelap karna memang matahari pagi masih lama menyapa.



Pukul 09.00 kami bangun dan merapihkan tenda. Sebelumnya masih sempat berfoto di sekitar sambil melihat-lihat sekeliling, tidak lama kemudian pak Acang datang dan menjemput kami pulang. Rasanya masih ingin berlama-lama disana namun waktu tak memungkinkan karna kami harus kembali ke Jakarta dan bertemu dengan tugas kantor.

Semoga suatu hari bisa kembali ke Gili Labak, dalam keadaan pulau tersebut tidak berubah dan tidak dirusak oleh wisatawan. Salam liburan Maniak

0 CHATTING: